Usia 30an awal ini sungguh memberikan banyak pelajaran hidup yang berharga. Kehilangan kedua orang tua dalam rentang 6 bulan ini bukanlah sesuatu yang mudah untuk dilalui. Bersyukur karena dibalik suasana dukacita yang baru saja gw lalui, masih banyak keluarga besar dan teman-teman yang masih turut mendukung. Bersyukur karena di saat Papa gw meninggal dunia, gw masih berada di Indonesia. Faktor usia dan lingkungan yang juga membuat gw lebih matang secara emosional.
Di tulisan refleksi ulang tahun ini, gw ingin sekedar journaling apa saja yang sudah dilalui dalam waktu kurang lebih satu tahun terakhir, dengan gaya bahasa non-formal, sesuka gw :D
FutureMe — Menulis surat untuk diri kita di Masa Depan
Pertama kali tahu soal FutureMe ini dari om Rane Hafied di podcastnya, Suarane atau Kepo Buku. Gw jadi keasyikan setiap awal bulan untuk menulis apa yang gw alami dan rasakan setiap bulan. Ibaratnya seperti menulis buku harian untuk masa depan, time traveling menjadi kenyataan :D . Biasanya gw setup surat ini untuk satu tahun ke depan, jadi gak terlalu lama gitu loh nungguin nya. Setiap kali baca surat dari diri gw sendiri di satu tahun yang lalu, gw jadi bisa belajar untuk bersyukur karena banyak hal-hal sulit yang tanpa terasa sudah gw berhasil lalui, karir-studi-romansa-keluarga, dan sebagainya.
Mindvalley University 2022 di Tallinn, Estonia
Terbawa dari kebiasaan saat dulu hidup ngekost di Jakarta, gw selalu berusaha untuk mencari aktivitas di luar rutinitas sehari-hari (kuliah dan kerja). Singkat cerita, dipertemukanlah gw dengan komunitas Mindvalley, yang ternyata akan mengadakan sebuah acara tahunan terbesar mereka setelah dalam dua tahun terakhir dibatalkan karena pandemi.
Selama kurang lebih dua minggu mengikuti acara besar ini baik sebagai volunteer maupun peserta, pikiran gw jadi lebih terbuka bahwa ternyata setiap manusia itu bisa disatukan terlepas dari apapun agama, suku, ras, dan latar belakang lainnya. Di sinilah gw menemukan semboyan “Bhinneka Tunggal Ika” dalam skala internasional. Gw juga bertemu dengan teman-teman Coach hebat dari Indonesia yang jadi teman makan gw yang gak hanya buat perut kenyang, tapi juga kepala penuh dengan inspirasi supaya hidup gak hanya jadi autopilot, tapi jadi lebih penuh kesadaran.
Kehilangan Mama Tercinta di Hari Ulang Tahunnya
8 Desember 2022, posisi gw saat itu sedang berada di asrama sekolah kood/Johvi di Estonia. Masih sibuk dengan tugas-tugas sekolah dan pekerjaan saat itu, gw kepikiran untuk telpon mama, say birthday wish di hari ulang tahunnya sekalian mengingatkan kalau tinggal beberapa hari lagi sebelum gw pulang ke Indonesia. Siapa sangka, tepat di momen gw telp, adik gw yang tinggal di rumah yang angkat dan sedang panik karena mama tiba-tiba terjatuh dari kursi makan dan tidak sadarkan diri (yang menurut info yang gw dapat dikarenakan asam lambungnya yang naik). Gw yang berusaha untuk tidak ikutan panik, langsung telpon ke tetangga sekitar rumah untuk membantu memeriksa kondisi mama. Saat itu kurang lebih sekitar jam 8 malam WIB, dan tetangga yang sudah saling kenal selama 30 tahun tinggal di sini turut berupaya untuk membantu dan memberikan kabar ke gw yang sedang menangis tersedu-sedu karena merasa gak berdaya di perantauan. Dan mungkin memang sudah jalannya, mama divonis meninggal dunia setibanya di UGD Rumah Sakit Siloam Sentosa, Bekasi. Semakin kuatlah isak tangis gw di tanah perantauan.
Perjalanan jauh dari Estonia ke Indonesia, seperti menjadi sebuah ziarah pribadi penuh isak tangis, karena sepanjang perjalanan hampir gak ada yang gw kenal. Teman baru di hostel transit tiba-tiba menjadi penghibur duka lara. Tontonan pertandingan Piala Dunia 2022 menjadi pelupa sesaat bahwa gw sedang berduka. Sukacita Christmas Market di kota Riga, melupakan sejenak rasa tidak enak di hati. Sampai akhirnya gw belajar bahwa tangisan dan rasa berduka itu harus dipeluk dan dikeluarkan, layaknya balok es yang akan mencair jika dikeluarkan dari tempat pembekuannya. Perjalanan dua hari pulang ke Indonesia menjadi momen griefing terindah. Mengutip lagu ‘Berduka’ dari Dee Lestari:
Izinkan aku
Biarkan aku
Bersedih dan kehilanganmu
Tanpa pura-pura
Tanpa harus bisa
Kuat dan tangguh
LOJF Jakarta dan CHOICE Bandung
Dalam rentang waktu enam bulan gw di Indonesia, satu kata kunci yang terpikir di kepala gw adalah “Reconnect”. Gw sadar bagaimana selama hidup di perantauan, gw mulai disconnect dengan keluarga, teman-teman, komunitas, dan kehidupan spiritual pribadi. Atas dasar itulah, kesempatan selama tinggal cukup lama di Indonesia ini gw gunakan untuk bersilahturami lagi dengan mereka, sambil juga menemukan wadah baru untuk bertumbuh secara spiritual. Dari sekian banyak pilihan, gw dipertemukan dengan komunitas LOJF (Light of Jesus Family) Jakarta dan CHOICE Bandung.
Di LOJF, gw kembali belajar untuk hidup dalam doa disertai praise and worship dalam ruang lingkup Katolik Karismatik. LG (Light Group) LOJF alias sel grup, menjadi wadah berkumpul secara mendalam untuk berbagai pengalaman spiritual sekaligus tempat doa bersama setiap Jumat malam. LOJF juga punya ibadah mingguan yang dinamakan The Feast, yang cuma gw sempat ikuti beberapa kali, karena kebanyakan weekend saya dihabiskan di Bandung.
Sementara di CHOICE Bandung, gw belajar lagi tentang cinta kasih Tuhan dalam retret akhir pekan yang penuh rahmat. Gw seakan disadarkan soal panggilan hidup dan relasinya baik dengan diri sendiri, sesama, dan Tuhan. Relasi gw khususnya dengan kedua adik gw yang bermasalah pelan-pelan dipulihkan, meski masih terus berproses, naik turun layaknya roller coaster. Kenapa gak ikut CHOICE Jakarta? Karena jadwal retretnya gak pas, sesederhana itu. Siapa sangka sejak ikut CHOICE Bandung ini, gw merasa Bandung menjadi rumah baru, karena hampir tiap weekend-nya gw selalu punya bonding time dengan keluarga baru di sini. “Come as Stranger, Stay as Family”, begitu moto mereka.
Papa Meninggal Dunia
Papa dipanggil ke rumah Tuhan beberapa minggu sebelum gw kembali ke Estonia. Berbeda dengan saat mama dipanggil, kali ini gw jauh lebih siap secara emosional karena memang sudah berserah kepada Tuhan mengingat kondisi papa yang sudah menderita cukup lama pasca stroke dan penyakit komplikasi lainnya. Di malam hari saat gw menemani papa di ruangan UGD berdua saja, entah bagaimana gw tiba-tiba menangis panjang sambil memegang tangan papa. Seperti sudah ada feeling bahwa Papa akan segera dipanggil Tuhan, gw meminta doa penyembuhan untuk Papa kepada beberapa circle terdekat lewat Whatsapp. Pagi harinya, setelah bergantian jaga dengan bruder Wahyu (perawat homecare Papa selama 5 bulan terakhir), Papa masih terlihat sadar, matanya melihat ke arah gw sambil tetap gw pegang tangannya, sampai akhirnya ada petugas tensi darah datang dan kesulitan untuk cek tekanan darah papa. Dokter jaga di UGD datang untuk memastikan bahwa Papa sudah tidak sadar lagi, Papa dipanggil Tuhan.
What’s Next?
Ketika menulis ini, dalam kurang lebih tiga minggu lagi gw akan kembali ke Estonia, mempersiapkan diri untuk rencana Tuhan yang seringkali gak bisa ditebak. Salah satu kegiatan besar yang sudah lama ingin diikuti sebagai orang muda Katolik adalah World Youth Day 2023 di Lisbon, Portugal, tanggal 22 Juli — 6 Agustus 2023. Kehilangan mama dan papa sebelum acara ini sungguh menjadi pengalaman spiritual berharga, tidak hanya sebagai pengingat bahwa hidup itu singkat, namun juga pembelajaran bahwa setiap momen harus disyukuri, dalam suka maupun duka. :)
Selamat ulang tahun ke-32 untuk diriku! :)
“Love yourself before you love others”